Keluh kesah para pemuda dan pemudi tentang cinta. Tiada yang sanggup difikirkan kecuali dalam percintaan. Cinta membuat buta kesadaran dengan segala sesuatu yang semestinya banyak makna yang tersirat. Namun bukan berarti keluh kesah tentang cinta itu buruk. Keluh kesah tentang cinta justru membuat semakin mendewasakan diri.
Pelajaran tentang cinta yang pertama adalah ketika semua harus dilandasi dengan dialektika, artinya satu sama lain saling mencintai. Cinta sangat rapuh ketika bertepuk sebelah tangan. Apalagi atas dasar tanpa rasa cinta. Dialektika seolah menjadi dasar dalam bercinta satu sama lain sebagai keromantisan cinta.
Berbicara tentang cinta terpikirkan detak statistika jantung yang ada di monitor RJP. Yang bergaris naik turun berarti dalam keadaan hidup, jika bergaris lurus saja berarti memang sudah tak bernyawa. Kupikir naik turun RJP menandakan sebuah dialektika cinta memang harus ada pertengkaran, tangisan, kebahagiaan, serta perjuangan yang semestinya menjadi sebuah landasan kesetiaan. Tidak seperti yang bergaris lurus dalam RJP yang menandakan sebuah kehambaran, maka tak ada cinta untuk itu.
Namun sekian berjalannya waktu cinta yang dulu tak seperti yang terjadi pada era era yang modern ini. Cinta tak ditemukan melainkan hanya kenafsuan hati untuk memiliki sosok seorang idaman. Nafsu yang membara membuat keromantisan yang dianggap sebagai cinta.
Hakikat cinta ketika menganggap orang yang dicinta lebih penting daripada diri sendiri. Hakikat Cinta harus berdialektika agar menjadi sebuah keharmonisan yang bisa untuk dibanggakan. Sebuah tradisi yang memang sudah terjadi dari turun temurunnya waktu.
Cinta itu universal menjangkau segala hal dan bukan hanya yang sedang dialami oleh berbagai kalangan pemuda saja. Bahkan dalam kepercayaan, keyakinan, atau mungkin sebuah pekerjaan memang lebih indah jika dilandasi dengan cinta.
"Cinta itu ketepatan, soal mencintai adalah alat kemesraan saja"
Cinta itu ketepatan. Cinta itu pasti. Mencintai adalah sebuah alat kemesraan saja. Misalkan ketika ada yang bilang "I Love You" Lalu dibalas dengan "I Love You To", Seolah Cinta itu sedang memberikan sebuah perilaku kecil yang bernama Mencintai. Soal cinta memang bahasa sufi yang paling dalam. Sungguh rumit jika dipandang dengan sepele.
Hakikat cinta universal berarti mencintai siapapun itu, menjadikan orang yang dicintai itu lebih penting. Menjadi orang yang bermanfaat kepada siapapun. Menjadi Input dasar kebahagiaan orang lain. Sehingga Outputnya akan menjadi sebuah dialektika, menjadi sebuah output yang sangat tak disadari.
Terlebih lebih tanpa ada yang tersakiti dengan mencintai siapapun. Bukan berarti cinta dengan banyak pasangan. Cinta juga bisa menjadi sebuah landasan dasar keikhlasan yang mendalam untuk menerima sesuatu.



EmoticonEmoticon