Monday, September 24, 2018

X Dalam Matematika Kehidupan


Telah terjadi beberapa suatu kejadian yang didalamnya isinya adalah kelemahan tentang menilai pribadi seorang. Karakteristik kemanusiaan seakan hanyut ditelan bumi. Berbudaya Bully membully seolah sudah menjadi tradisi. Memang cukup unik untuk ditertawakan, dan sangat bangga bagi yang membully untuk mencaci maki tanpa henti.




Memang banyak hukum yang menjerat tentang hal itu. Namun hukum tak akan berlaku jika tidak ada yang melaporkan atau kondisi yang memang tidak dapat dijangkau oleh kalangan hukum. Tak ada yang salah didalam hal ini, namun coba pahami bagaimana psycholog dan perasaan seseorang jika hal itu terjadi seolah yang dibully pada diri sendiri.

Asyik memang untuk sekedar mencaci orang untuk menjadi bahan lawakan, dan itu memang seru. Tapi ingatlah bahwa pancasila telah membunyikan ayatnya dengan Kemanusiaan yang adil dan beradab. Entah apakah sila itu telah diterkam oleh harimau atau mungkin sedang disembunyikan oleh kancil yang pandai menipu.

Tiadakah peri kemanusiaan dalam pribadi seseorang sekedar menyadarkan diri bahwa itu perilaku yang tak semestinya harus dilakukan kepada seseorang yang memiliki sesuatu yang mungkin tak dimiliki oleh kedudukan manusia pada umumnya. Sepertinya memang sudah menjadi takdir Tuhan yang telah berfirman bahwa semuanya dibuat seimbang.


Tapi tidakkah Yang Maha selalu memberikan pertanyaan bagi orang orang yang berpikir. Dari sebuah kisah yang terjadi ini sepertinya Yang Maha telah memberikan sebuah kode bagi orang orang yang masih mampu berpikir. Yang semestinya membaca ada apakah semua dibalik dari rencana Yang Maha untuk menunjukkan sesuatu kepada manusia.

Seringkali ku ingin menjadi sosok pemikir dalam perkara tersebut, namun sedikit kepahamanku dalam berfikir. Hanya sedikit untaian kata yang mungkin bisa menjadi sebuah pendapat kecilku. 1. Mungkin sedang dihukum oleh Yang Maha, 2. Mungkin sedang mendapatkan perhatian dari Yang Maha, 3. Mungkin sedang mendapatkan ujian untuk sesuatu yang baik dari Yang Maha. Hal itu kemungkinan yang bisa kupikirkan dalam kondisional yang telah terjadi dalam situasi yang dialami oleh korban bully atau memang yang sedang menjadi pembully.

Tiada pembelaan sedikitpun kepada korban bully, dan tiada ancamanpun bagi pembully. Semua damai dengan kebahagiaan yang sudah menjadi alur nyata kehidupan. Dengan landasan  kisah klasik yang menjadi pengalaman seseorang melalui masa hidupnya. Karena waktu tak pernah diam. Akan menjadi lelucon dimasa yang akan datang.


"Jadilah X seperti didalam matematika, mampu menyatukan negatif dan positif sehingga menjadi nilai yang sempurna"

Membela yang satu, berarti menyakiti yang satu. X dalam matematika mengajarkan bahwa jadilah penyempurna tanpa harus membela, dan tanpa harus menyakiti. X adalah kesempurnaan dalam kehidupan jika memang tak dipandang sebagai hitung berhitung.


EmoticonEmoticon